Rabu, 26 November 2014

Candi Pulo - Padang Lawas Utara, Sumatera Utara

inilah foto peninggalan candi fulo di belakang saya



  foto di belakang saya ini adalah pecahan  candi fulo



foto dibelakang saya ini adalah candi  fulo  tp candinya udah hancur.. tidak bisa lagi di naik ki




Candi Pulo ini juga termasuk salah satu bagian dari kawasan candi di Padang Lawas Utara yang tidak terawan, candi ini juga merupakan tempat pemujaan umat hindu, bahkan usia candi ini saya prediksi jauh lebih tua dari candi yang lain melihat keadaannya yang sudah hancur lebur tidak seperti candi yan lain dapat dipugar karena candi yang lain bentuk aslinya masih kelihatan. Candi ini terletak di Desa Bahal Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara. Bangunan Candi Pulo terbuat dari bahan bata berdenah persegi panjang dengan ukuran sekitar 4 X 9 meter dengan tinggi bangunan yang tersisa adalah sekitar 2 meter.  Tangga bangunan diperkirakan terletak di sisi utara. Di tiap-tiap sisi terdapat relief motif sulur-suluran. Selain itu di bagian tersebut juga terdapat relief banteng bertubuh manusia, relief manusia dengan mata melotot dan relief manusia dengan kepala gajah. Candi ini masih dalam tahap pemugaran bersana dengan candi Sipamutung.

Para peneliti mengungkapkan bahwa candi di desa Bahal ini adalah tiga di antara 26 runtuhan candi yang tersebar seluas 1.500 km² di situs percandian Padanglawas, yang berarti candi-candi yang terletak di padang luas yang mencakup, di antaranya:
Candi Pulo
Candi Barumun
Candi Singkilon
Candi Sipamutung
Candi Aloban
Candi Rondaman Dolok
Candi Bara
Candi Magaledang
Candi Sitopayan
Candi Nagasaribu.

Kemungkinan, persawahan dan perkampungan di sekitar candi-candi tersebut tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak candi Padanglawas hanya Candi Bahal yang sudah selesai dipugar, Candi Sipamutung dan Candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya masih berupa reruntuhannya.







perjalan saya mengupas candi bahal

Candi Bahal di Sumatera

Candi di Pulau Sumatra tidak sebanyak yang terdapat di Pulau Jawa. Kebanyakan candi di Sumatra terletak di lokasi yang cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sebagian besar candi di Sumatra, yang telah diketahui keberadaannya, berada di provinsi Sumatra Utara, khususnya di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang keberadaan candi-candi tersebut. Di samping itu, umumnya lokasi candi cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya atau berkunjung ke sana. Di Simangambat dekat Siabu, Sumatra Utara, misalnya, terdapat reruntuhan candi Syiwa.  Diduga candi tersebut dibangun pada abad ke-8. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai reruntuhan candi ini masih perlu dilakukan penelitian dan penggalian. Kawasan lain di Sumatra Utara yang dikenal mempunyai banyak candi ialah kawasan Padang Lawas, yang mencakup Kecamatan Sipirok, Sibuhuan, Sosopan, Sosa, dan Padang Bolak. Di kawasan ini terdapat belasan reruntuhan candi Hindu yang kesemuanya terletak tidak jauh dari sungai. Sebagian besar terdapat di Kecamatan Padang Bolak. Tidak banyak yang diketahui tentang reruntuhan candi tersebut. Diduga candi-candi tersebut dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Panei pada abad ke-11 M. Di antara candi-candi di kawasan Padang Lawas, yang paling dikenal adalah Candi Bahal yang terletak di Desa Bahal. Candi ini telah diketahui keberadaannya sejak zaman Belanda. Pemerintah Belanda menamakannya Candi Portibi (kata portibi dalam bahasa Batak berarti dalam dunia ini). Di kompleks Candi Bahal terdapat tiga bangunan candi yang telah direnovasi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus. Walaupun telah mengalami pemugaran, banyak bagian candi yang sudah tidak ditemukan lagi sehingga harus diganti dengan batu bata. Candi  lain di kawasan ini, yang sudah mengalami pemugaran adalah Candi Sipamutung. Candi ini merupakan kompleks percandian  yang cukup besar dan terdiri dari beberapa bangunan, namun hampir tidak ada informasi tertulis yang bisa didapat tentang candi ini. Di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, juga terdapat beberapa candi, di antaranya adalah  Candi Astano, Candi Tinggi dan Candi Gumpung, Candi Kembar baru, Candi Gedong, Candi Kedaton, dan Candi Kota Mahligai. Bentuk bangunan candi dan sisa artikel bersejarah yang dijumpai  Muaro Jambi menunjukkan bahwa bangunan ini berlatar belakang Hinduisme dan diperkirakan dibangun  pada abat ke-4 sampai dengan ke-5 M. Candi yang cukup besar dan terkenal di Sumatra adalah Candi Muara Takus yang terletak di Provinsi Riau, tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto, Kabupaten Kampar. Di dekat hulunya, Sungai Kampar bercabang dua menjadi Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Di pinggir Sungai Kampar Kanan inilah letak Desa Muara Takus. Bangunan candi Muara Takus sebagian besar dibuat dari batu bata merah. Berbeda dengan reruntuhan candi lain yang ditemukan di Sumatra Utara, Candi Muara Takus merupakan candi Buddha. Keberadaan candi diduga mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan juga dapat dijadikan petunjuk bahwa Muara Takus pernah berfungsi sebagai pelabuhan kapal. Hal itu dimungkinkan mengingat orang Sriwijaya adalah pelaut-pelaut yang tangguh yang mampu melayari Sungai Kampar sampai jauh ke arah hulu. Berdasarkan catatan I-Ching, ada yang memperkirakan daerah Muara Takus merupakan Ibukota Kerajaan Sriwijaya atau paling tidak sebagai kota pelabuhan yang pernah jadi salah satu pusat belajar agama Buddha, tempat menimba ilmu para musafir dari Cina, India, dan negara-negara lainnya.
 
 
 
ini gambar  dari samping candi   strukturnya masih bagus dan terawat..tp sayang pengunjung    tidak rame meskipun hari libur... karna kendali ke daerah sana kurang bagus     jalan masih rusak..
 
Candi Bahal
 
    
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan.  Candi ini merupakan kompleks candi (dalam istilah setempat disebut biaro) yang terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Candi Bahal hanya merupakan bagian dari candi-candi Padanglawas yang berarti candi-candi yang terletak di padang luas yang mencakup, di antaranya: Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu.  Kemungkinan,  persawahan dan perkampungan  di sekitar  candi-candi tersebut  tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak candi Padanglawas  hanya Candi Bahal yang sudah selesai direnovasi, Candi Sipamutung dan candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya masih berupa reruntuhannya. Tidak diketahui apakah Candi Bahal merupakan candi Hindu atau Candi Buddha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal merupakan Candi Buddha. Akan tetapi, melihat arca-arca batu yang ditemukan di tempat tersebut, seperti arca kepala makara, arca Ganesha, raksasa, dsb., diperkirakan Candi ini merupakan candi Hindu atau Buddha Tantrayana. Fungsi candi Bahal pada masa lalu juga belum diketahui dengan pasti, walaupun penduduk di sekitar menyebutnya “biaro” yang berarti biara. Kompleks Candi Bahal terdiri dari tiga buah candi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter. Beberapa kilometer dari candi ini ada pula kompleks candi lain, yaitu kompleks Candi Pulo atau Barumun yang tengah dipugar. Candi Bahal seringkali disebut juga sebagai Candi Portibi, sesuai dengan sebutan untuk daerah tempat candi itu berada. Dalam beberapa hal,  terdapat kesamaan di antara Candi Bahal I, II maupun III. Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Masing-masing kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m  yang juga terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap kompleks candi terdapat  bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan pintu masuk tepat menghadap ke gerbang.

Jumat, 01 Agustus 2014

perjalanan ke sappuran namparan

sappuran namparan terletak di kecamatan simangambat ,dolok hole simanosor julu sipirok
kurang lebih perjalan  2 jam dari sipirok menuju  simangambat.dari simanmbat ke tempat sappuran  surang lebih sekitar 30 menit

foto ini di pinggir jalan  mau menuju sappuran  namparan,bersama kawan2 sekaliagus  hajatan di sana


ini pemandangan sebelah kanan menuju jalan ke sappuran namparan


foto bareng ama kawan sekalian narsis  ama kawan melewati jalan yg begitu licin dan banyak belokan dan turunan mau menuju sappuran namparan

ini pondok di atas  dan tempat berteduh...menunggu redahnya hujan  di saat kami mengunjungi tempat tersebut

di belakang saya ini adalah namanya sappuran  namparan,cantik,dikelilaingi hutan dan  pohon2 besar..jauh dari keramian kota.membut hati damai kesana, klu bisa lebih asik ke tempat ini ,bisa bakar ayam atau bakar ikan.. karna hawa di tempat ini sangat sejuk







gunung teletabis


ada gunung  yg unik terletaknya di batu  nadua kota padang sidempuan,mirip dengan seperti gunung  teletabis ,pemandanganya indah, cantik ,sampe di puncaknya udaranya segar .bisa melihat kota padang sidempauan
ini fotonya

cantik nggak .....

melihat ke bawah  terdapat beberapa perkebunana masyarakat  dan sawah yg melintang dan penuh hijau-hijauan


rumput menhijau di antara  bukit2 kecil, mendengar bisikan angin yg menerjang tubuhku

yg mau pacaran di bukit ini   ,asik..,suasanaya  indah bangat...





Cerita Legenda Putri Hijau

Cerita Legenda Putri Hijau

 

ini adalah  pintu  masuk menuju  istana maimun  kota medan

Menurut legenda, dizaman dahulu
kala di Kesultanan Deli Lama
kira-kira 10 km dari kampung
Medan, hiduplah seorang putri
yang sangat cantik dan karena
kecantikannya diberi nama Putri
Hijau.
Kecantikan puteri itu tersohor
kemana-mana.

Sultan Aceh jatuh cinta pada
puteri itu dan melamarnya untuk
dijadikan permaisurinya.
Lamaran Sultan Aceh itu ditolak
oleh kedua saudara laki-laki
Putri Hijau.
Sultan Aceh sangat marah karena
penolakannya dan merasa terhina.
Maka pecahlah perang antara
kesultanan Aceh dan kesulatanan
Deli.

Dengan mempergunakan kekuatan
gaib, saudara Putri Hijau
menjelma menjadi seekor ular naga
dan yang seorang lagi sebagai
sepucuk meriam.
Karena kurang sigap, kesultanan Deli Lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu.

Putera mahkota yg menjelma menjadi meriam itu meledak, terpecah dan puing- puingnya bertebaran.

 
ini adalah meriamnya

ini istana maimun kota medan 

kreta kencana yg bisa di pake putri hijau


bagian belakang meriam terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo.
Pangeran yang seorang lagi yang telah berubah menjadi seekor ular naga itu,
menyelamatkan diri masuk ke dalam Sungai Deli.

Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat ia meneruskan perjalanannya yang
terakhir di ujung Jambo Aye dekat Lok Seumawe,
Aceh.
sedangkan Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat
ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh.

Ketika kapal sampai di ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara
untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal.
Tetapi, baru saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembus angin ribut yang maha dahsyat
disusul oleh gelombang-gelombang yang sangat tinggi.

Dari dalam laut muncul abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu, dengan sekuat
tenaga dia berusaha menyelamatkan adiknya.
dengan menggunakan rahangnya yang besar itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung,
lalu dibawanya masuk ke dalam laut.
dan akhirnya Putri Hijau selamat, dan konon ceritanya, kakak-adik itu kini
hidup tentram di dasar laut.
dan pecahan meriam puntung yang tersebar, bisa di lihat di istana maimun.







Kamis, 31 Juli 2014

kisah sutan nasinok dan makam serta istan goa di bawah tanah

ini adalah  foto  makam ,sutan nasinok. Harahap makamnya panjang. 15 m. Di daerah desa gariang kecamatan batang onang ,kabupaten paluta utara,disini begitu besar enegi gaib dan mistisnya..
sultan ini ,dulu kerjanya  tidur saja.. makanya dinamakan sutan nasinok  harahap 

sisilah marga  harahap

Menurut Buku "Harahap Pargarutan" sendiri, asal-usul Marga Harahap disebutkan di buku itu:

Setelah 90 generasi Suku Bangsa Batak mengisolasi diri di kawasan Danau Toba (?), suku bangsa Batak menjadi dua (2) golongan, yakni Golongan keturunan Raja ISUMBAON, dan golongan keturunan GURU TATEA BULAN.

Guru Tatea Bulan, mempunyai lima (5) anak:
1. Raja Biak-biak
2. Tuan Saribu Raja
3. Mangaraja Limbong
4. Mangaraja Salaya
5. Mangaraja Malau

Tuan Saribu Raja yang menurunkan Marga HARAHAP, mempunyai tiga (3) anak:
1. Mangaraja Lontung
2. Mangaraja Borbor
3. Mangaraja Babiat

Orang Marga HARAHAP adalah keturunan Mangaraja Borbor, yang punya dua (2) anak:
1. Bala Samahu
2. Datu Altokniaji

Bala Samahu punya satu (1) anak:
1. Datu Tala Dibabana

Datu Tala Dibabana, punya dua (2) anak:
1. Rimbang Saudara
2. Sahang Mataniari

Rimbang Saudara, punya enam (6) anak:
1. Datu Pampangbalasaribu
2. HARAHAP
3. Tanjung
4. Pusuk
5. Datu Pulungan
6. Nahulau

Penyebutan marga HARAHAP di belakang nama, disebutkan dimulai sejak cucu Rimbang Saudara dari HARAHAP. Jadi HARAHAP adalah NAMA, yang kemudian menjadi marga keturunannya.

HARAHAP, punya satu (1) anak:
1. Ompu ni Marguru HARAHAP

Ompu ni Marguru, punya empat (4) anak:
1. Si Misang Andor HARAHAP
2. Si Andor Misang HARAHAP
3. Ompu Toga Langit HARAHAP
4. Manjungkit Tano HARAHAP

Si Misang Andor, punya dua (2) anak:
1. Tamanalom HARAHAP
2. Ompu Gunung HARAHAP

Disebutkan, keturunan Tamanalom ada yang pindah ke LUAT (PORTIBI), Padanglawas, kemudian mendirikan kerajaan disana, dan ada yang menurunkan HARAHAP Mompang.

Ompu Gunung, menurunkan HARAHAP Simasom dan HARAHAP Joring di Angkola Julu. Keturunan HARAHAP Simasom, ada yang pergi ke Hanopan Sipirok, Hanopan Padangbolak, dan Janji Lobi Padangbolak.

Si Andor Misang, punya dua (2) anak:
1. Bangun Dibabuat HARAHAP
2. Bangun Dibatari HARAHAP

Mereka berdua masih bermukim di Toba, anak-anaknya kemudian migrasi ke Selatan, khususnya ke Angkola dan Padangbolak.

Bangun Dibabuat, punya dua (2) anak:
1. Ompu Sumur HARAHAP
2. Tunggal Huayan HARAHAP

Ompu Sumur, migrasi ke Angkola dan mendirikan kerajaan Pijorkoling, Angkola Jae, kemudian diberi gelar Mangaraja Imbang Desa.

Tunggal Huayan, masih tinggal di Toba (desa Sibatangkayu), menikah dengan boru Situmorang dan punya satu anak (Mangaraja Ompun Jurung HARAHAP)

Bangun Dibatari, punya lima (5) anak:
1. Sutan Nabuttu HARAHAP
2. Ompu Bilik HARAHAP
3. Mangaraja Sulappe HARAHAP
4. Sutan Pulungan HARAHAP
5. Si Nasinok HARAHAP

Sutan Nabuttu dan Ompu Bilik disebutkan pindah ke Morang, Panompuan. Sedangkan Mangaraja Sukappe dan Sutan Pulungan pindah ke Pangkal Dolok, Padangbolak. Si Nasinok, pindah ke Batangonang, Padangbolak.

Keturunan Sutan Pulungan, disebut-sebut juga ada yang pindah ke Sababalik, Padangbolak; Simatonggong, Padangbolak; dan ke Marancar Godang.

Disebutkan, keturunan Ompu Toga Langit dan Manjungkit Tano (anak Ompu ni Marguru), ada yang pindah ke Hutaimbaru.

Ompu Toga Langit (Ompu Toga Lagijit, disebut juga Manjungkit Langit), punya dua (2) anak:
1. Ompu Sodogoron HARAHAP
2. Si Maujal (?)

Ompo Sodogoron, menurunkan marga HARAHAP di Sabungan Julu, Hutaimbaru (Angkola Julu).

Si Maujal (?), menurunkan marga HARAHAP di Sidangkal, yang keturunannya menyebar ke Huta Losung, Sitombol, Lasung Batu, Panyanggar, Sabungan Jae, dan Manegen. HARAHAP Sidangkal, disebutkan banyak menyebar ke Padangbolak.

Manjungkit Tano, punya dua (2) anak:
1. Si Maliot HARAHAP, di Binubu
2. Si Maliotan HARAHAP, di Simandiangin Binubu

Si Maliotan, punya dua (2) anak:
1. Sende HARAHAP
2. Bulu HARAHAP

Sende, punya anak:
Ja Bosar HARAHAP, disebut-sebut menurunkan HARAHAP Simatongtong di Pagarutan, yang kemudian menyebar ke Halumpang dan Siloting.

HAMPIR SELURUH KELUARGA HARAHAP BERMIGRASI DARI TOBA, MENCARI TANAH PEMUKIMAN BARU KE BAGIAN SELATAN.

Silsilah Marga HARAHAP

---------------------------
| Si Raja Batak |
----------------------------
/ \
/ \
------------------- -----------------------
| Raja Isumbaon | | Guru Tatea Bulan |
-------------------- -----------------------
/ | | | \
/ | | | \
(1) (2) (3) (4) (5)

(1) (2) (3) (4) (5)
---------------- -------------------- ---------------- ------------------ -------------
|R. Biak-Biak | | T. Saribu Raja | | M. Limbong | | M. Sagala | | M. Malau |
---------------- -------------------- ---------------- --------------- -------------
Marga Harahap
Marga Harahap terdiri dari banyak sub kelompok. Sub Kelompok menunjukkan kampung asal. Bagian-bagian marga Harahap antara lain adalah:
1. Harahap Sidakkal – Harahap ini merupakan keturunan dari Sutan Maujalo yang berasal dari Jambur Batu. Jambur Batu berada di Tabusira terus ke arah Luat Harangan. Harahap Sidakkal ini keturunannya sudah menyebar di Padang Bolak, Mandailing, Angkola, dll.
2. Harahap Mompang – Harahap ini merupakan keturunan dari Sutan di Langit yang berasal kata orang-orang kuburannya ada di Siharang-karang Sidempuan. Harap Mompang ini juga menyebar ke Padang Bolak sepanjang Aek Sirumambe sampai ke Portibi, apalagi di Angkola, dan Mandailing
3. Harahap Simataniari – Harahap ini berasal dari Sianlang di pinggir sungai Batang Ilung. Harahap Simataniari ini sudah menyebar banyak di Padang Bolak.
4. Harahap Simatongtong – Harahap ini banyak tersebar disekitar Padang Sidempuan, tapi asal nya kata orang-orang berasal dari Sipaho di daerah Halongonan.
5. Harahap Batang Onang – Harahap ini berasal dari sekitar Batang Onang dan keturunannya tersebar sampai ke Mandailing, Padang Bolak dan Batang Onang Sendiri. Harahap Batang Onang ini selanjutnya terbagi atas keturunan Sutan Sulappe dan keturunan Sutan Nasinok.
 
 
di dekat kaki saya . salah satu pintu pertama masuk  goa yg tertutup buntuh..
karna pernuh rumput dan tak dirawat masyarakat jadi tak bisa masuk


ini adalah foto goa  pintu masuk  istana goa bawah tanah sutan nasinok
didalam masih banyak kamar ,dan masih banyak harta karun,goa ini masih ada lintasanya
goa ini masih ada penghuni ular besar ,
makasih sebelumnya ini lah yg saya bisa informasi tentang goa sutan nasinok dan perjalan saya
semoga tempat ini bisa di kembangkan lagi masyarakat

 

danau tao

danau tao terletak di kecamatan batang onang di kabupaten padang lawas utara.danau ini kadang berubah warna kadang warna airnya berwarna biru  dan kadang karna hijau,pemandangan sangat indah ,jauh dari keramin kota kira dari 30 menit perjalan,sayang danau itu tak ada yg merawatnya.. dan danau ini setiap tahun mengambil  korban manusia.. bahkan udah banyak orang tenggelam di dania..

 foto ini saya ambil pada 31 satu juli 2014 saat saya jalan2 ke tempat rumah  kawan kenalan dimedan
karna perjalan spritual dan suprantural saya mebawa saya bisa ,menjelajah  tempat ini.allahmdulih
akhirnya saya bisa di tempat ini jalan2..


foto ini dari puncak danau tao...masih banyak tempat yg unik di sini ,udaranya segar,sejuk,udaranya bersahaja..apa lagi kita  pagi hari melihat dari upuk timur melihat terbitnya matahari...
subahanalloh begitu besar anugrahmu ya allah...