Candi Bahal di Sumatera
Candi
di Pulau Sumatra tidak sebanyak yang terdapat di Pulau Jawa. Kebanyakan
candi di Sumatra terletak di lokasi yang cukup jauh dari kota, sehingga
tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sebagian besar candi di
Sumatra, yang telah diketahui keberadaannya, berada di provinsi Sumatra
Utara, khususnya di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan.
Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang keberadaan candi-candi
tersebut. Di samping itu, umumnya lokasi candi cukup jauh dari kota,
sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya atau
berkunjung ke sana. Di Simangambat dekat Siabu, Sumatra Utara, misalnya, terdapat reruntuhan candi
Syiwa. Diduga candi tersebut dibangun pada abad ke-8. Untuk mengetahui
lebih banyak mengenai reruntuhan candi ini masih perlu dilakukan
penelitian dan penggalian. Kawasan
lain di Sumatra Utara yang dikenal mempunyai banyak candi ialah kawasan
Padang Lawas, yang mencakup Kecamatan Sipirok, Sibuhuan, Sosopan, Sosa,
dan Padang Bolak. Di kawasan ini terdapat belasan reruntuhan candi
Hindu yang kesemuanya terletak tidak jauh dari sungai. Sebagian besar
terdapat di Kecamatan Padang Bolak. Tidak banyak yang diketahui tentang
reruntuhan candi tersebut. Diduga candi-candi tersebut dibangun pada
masa pemerintahan Kerajaan Panei pada abad ke-11 M. Di
antara candi-candi di kawasan Padang Lawas, yang paling dikenal adalah
Candi Bahal yang terletak di Desa Bahal. Candi ini telah diketahui
keberadaannya sejak zaman Belanda. Pemerintah Belanda menamakannya Candi
Portibi (kata portibi dalam bahasa Batak berarti dalam dunia ini). Di
kompleks Candi Bahal terdapat tiga bangunan candi yang telah direnovasi,
yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Ketiga candi tersebut
terletak pada satu garis lurus. Walaupun telah mengalami pemugaran,
banyak bagian candi yang sudah tidak ditemukan lagi sehingga harus
diganti dengan batu bata. Candi lain di kawasan ini, yang sudah
mengalami pemugaran adalah Candi Sipamutung. Candi ini merupakan
kompleks percandian yang cukup besar dan terdiri dari beberapa
bangunan, namun hampir tidak ada informasi tertulis yang bisa didapat
tentang candi ini. Di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, juga terdapat beberapa candi, di antaranya adalah
Candi Astano, Candi Tinggi dan Candi Gumpung, Candi Kembar baru, Candi
Gedong, Candi Kedaton, dan Candi Kota Mahligai. Bentuk bangunan candi
dan sisa artikel bersejarah yang dijumpai Muaro Jambi menunjukkan bahwa
bangunan ini berlatar belakang Hinduisme dan diperkirakan dibangun
pada abat ke-4 sampai dengan ke-5 M. Candi
yang cukup besar dan terkenal di Sumatra adalah Candi Muara Takus yang
terletak di Provinsi Riau, tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan
Tigabelas Koto, Kabupaten Kampar. Di dekat hulunya, Sungai Kampar
bercabang dua menjadi Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Di pinggir
Sungai Kampar Kanan inilah letak Desa Muara Takus. Bangunan candi Muara
Takus sebagian besar dibuat dari batu bata merah. Berbeda dengan
reruntuhan candi lain yang ditemukan di Sumatra Utara, Candi Muara Takus
merupakan candi Buddha. Keberadaan candi diduga mempunyai kaitan erat
dengan Kerajaan Sriwijaya dan juga dapat dijadikan petunjuk bahwa Muara
Takus pernah berfungsi sebagai pelabuhan kapal. Hal itu dimungkinkan
mengingat orang Sriwijaya adalah pelaut-pelaut yang tangguh yang mampu
melayari Sungai Kampar sampai jauh ke arah hulu. Berdasarkan catatan
I-Ching, ada yang memperkirakan daerah Muara Takus merupakan Ibukota
Kerajaan Sriwijaya atau paling tidak sebagai kota pelabuhan yang pernah
jadi salah satu pusat belajar agama Buddha, tempat menimba ilmu para
musafir dari Cina, India, dan negara-negara lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar