Alkisah
ada sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini dipimpin oleh
rajanya yang bernama raja Gasib. Raja Gasib mempunyai seorang putri
yang cantik jelita bernama Putri Kaca Mayang serta seorang panglima yang
tangguh bernama Panglima Gimpam.
Kecantikan putri tersohor sampai ke berbagai negri, tetapi tak ada satu
pun yang berani melamar sang putri, karena Raja Gasib sangat disegani
di kalangan raja-raja. Kecantikan putri Kaca Mayang, terdengar sampai ke
telinga Raja Aceh. Raja Aceh pun berniat meminang sang putri. Maka,
dipanggillah dua orang panglimanya untuk menyampaikan niatnya ke pada
sang putri.
“Wahai panglimaku,” kata Raja Aceh, “Pergilah kalian ke kerajaan Gasib,
sampaikan niatku yang ingin mempersunting putri Kaca Mayang.”
“Baik, Banginda Raja, titah Baginda hamba laksanakan.”
Maka, berangkatlah dua utusan ini ke kerajaan Gasib. Akhirnya, sampailah mereka di kerajaan langsung menghadap Raja Gasib.
“Maaf baginda Raja Gasib yang bijaksana. Hamba utusan dari Kerajaan
Aceh, ingin menyampaikan niat raja kami yang ingin mempersunting putri
tuanku Baginda, Putri Kaca Mayang.”
“Wahai Panglima Raja Aceh, sampaikan kepada Raja kalian, bahwa saya
tidak bisa menerima pinangan Raja kalian. Putri Kaca Mayang belum
bersedia untuk dipersunting siapa pun. Sampaikan maaf saya kepada raja
kalian,” sahut Raja Gasib dengan wibawanya.
Berangkatlah pulang dua utusan ini dan menyampaikan semua yang
disampaikan Raja Gasib. Raja Aceh sangat marah dan merasa terhina atas
penolakan lamaran ini. Maka, Raja Aceh yang memiliki sifat yang sombong
berniat akan menculik sang putri dan memporakporandakan Kerajaan Gasib.
Pasukan pun dipersiapkan untuk menyerang kerajaan Gasib.
Raja Gasib yang mengetahui kelicikan dan perangai Raja Aceh juga
mempersiapkan pasukannya. Raja Gasib tahu akan ada penyerangan atas
penolakan lamaran itu, dipanggillah panglima kebanggaannya.
”Wahai, Panglimaku Gimpam! Untuk menjaga kemungkinan serangan dari
kerajaan Aceh, kamu saya utuskan menjaga di Kuala Gasib daerah Sungai
Siak.“
“Hamba laksanakan titah Baginda Raja,” kata Panglima Gimpam.
Lalu berangkatlah Panglima Gimpan ke daerah Sungai Siak.
Rupanya, mata-mata raja Aceh ada di kerajaan Gasib. Raja Aceh
mengetahui bahwa di kerajaan tidak dijaga panglima yang terkenal sakti
itu. Raja Aceh pun mengatur strategi jahatnya.
Karena tidak mengetahui jalan kekerajaan Gasib, raja Aceh menemui
seorang warga kerajaan di jalan. Bertanyalah Raja Aceh,”Hai, Anak muda,
tahukah kamu jalan menuju kerajaan Gasib?”
Karena melihat pasukan yang ramai berarti ingin menyerang kerajaan
Gasib, pemuda inipun menjawab dengan berbohong, “Ampun Tuanku, hamba
tidak mengetahui jalan menuju kerajaan Gasib. Hamba penduduk baru negeri
ini.”
Raja Aceh tahu kalau pemuda itu berbohong, dipanggillah pengawalnya
untuk menghajar pemuda itu. Karena tak tahan, pemuda itu pun kemudian
menunjukkan jalan menuju kerajaan Gasib.
Raja Aceh kemudian melanjutkan perjalanan menuju perkampungan sekitar
kerajaan. Pasukannya membunuh setiap warga yang ia temui di jalan yang
dilaluinya. Sungguh, perbuatannya teramat kejam. Akhirnya, sampailan
mereka di istana. Raja Aceh pun berhasil menculik Putri Kaca Mayang.
Melihat hal ini, Raja Gasib tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua
di luar dugaannya.
Berita ini pun kemudian sampai di telinga Panglima Gimpam. Bukan main
marah dan murkanya panglima Gimpam. Panglima pun segera menuju kerajaan.
Betapa sedih dan dendamnya panglima Gimpam, negerinya dirusak oleh
pasukan Raja Aceh. Panglima Gimpam pun bersumpah akan membalas dendam
dan akan membawa sang putri kembali ke istana.
Berangkatlah panglima Gimpam. Kedatangannya disambut dengan Raja Aceh
rupanya dengan pengawalan dua ekor gajah yang sangat besar. Raja Aceh
tidak mengetahui kehebatan panglima Gimpam yang bisa menundukkan hewan,
hingga panglima berhasil masuk ke kerajaan Aceh,
“Wahai raja Aceh kembalikan sang Putri kepada kami atau kerajaan ini akan porak-poranda!”
“Baiklah akan saya kembalikan Putri Kaca Mayang!”kata Raja Aceh. “Kau
memang hebat panglima Gimpam setelah kulihat denganmata kepalaku
sendiri.”
Raja Aceh yang mengakui juga kehebatan panglima Gimpam, akhirnya
menyerahkan sang putri kepada panglima Gimpam yang dalam keadaan sakit
akibat penculikan itu. Pulanglah panglima Gimpam bersama sang putri dan
pasukannya.
Dalam perjalanan, rupanya angin laut sangat kencang membuat Putri Kaca
Mayang tidak bisa bernafas. Dari waktu ke waktu, sakitnya semakin parah.
Putri pun berucap kepada panglima Gimpam sesampai mereka di sungai
Kantan.
Dengan suara lemahnya putri berkata, “Panglima aku sudah tidak kuat lagi
menahan sakit ini sampai menuju istana. Sampaikan maafku pada ayahanda
Gasib dan semua keluarga istana,” ucap sang putri dengan suara yang
semakin parau. Belum sempat panglima Gimpam berucap sang putri
memejamkan matanya. Putri Kaca Mayang menghembuskan nafas terakhirnya di
perairan Sungai Kuantan.
Betapa sedinya panglima Gimpam dan merasa bersalah tidak berhasil
membawa Putri Kaca Mayang dalam keadaan hidup. Raja Gasib dan keluarga
istana serta seluruh penduduk negri merasa berduka atas meninggalnya
sang putri raja. Sang Putri Kaca Mayang akhirnya dimakamkan di dekat
kerajaan Gasib.
Sejak kehilangan putri tercintanya raja Gasib merasakan kesedihan yang
dalam. Akhirnya raja Gasib memutuskan meninggalkan kerajaan, menyepi di
gunung Ledeng, Malaka.
“Wahai panglimaku, aku memutuskan akan meninggalkan kerajaan ini untuk
mengapus bayang-bayang terhadap putriku tercinta. Maka aku akan menyepi
ke Gunung Ledeng. Jagalah kerajaan ini dengan bai!” begitu titah
terakhir sang Raja kepada Panglima Gimpam.
Panglima Gimpam sangat bersedih karena Raja Gasib akan meninggalkan
kerajaan. ”Baginda raja, kalau itu keputusan Baginda. Hamba akan
laksanakan amanah yang Baginda berikan dan akan hamba jaga dengan baik
kerajaan ini,” kata Gimpam.
Sementara kerajaan dititipkan kepada panglima kepercayaannya, pergilah
raja Gasib menuju penyepiannya. Sekian lama ditinggalkan raja Gasib yang
tak kunjung kembali dan kerajaan juga aman maka Panglima Gimpam pun
mengambil keputusan akan meninggalkan kerajaan juga. Walaupun kerajaan
itu sudah dititpkan padanya, tetapi Panglima tidak mau mengambil
kesempatan menguasai kerajaan. Panglima Gimpam tidak mau bahagia di atas
penderitaan orang lain.
Panglima Gimpam membuka lahan baru, di sebuah perkampungan baru, yang dinamainya Pekanbaru.
Hingga kini nama itu digunakan sebagai salah satu ibukota di Propinsi
Riau yaitu kota Pekanbaru. Sampai akhirnya Panglima Gimpam juga wafat
dan makamnya tidak jauh dari Pekanbaru sekitas 20 meter yang berada di
Hulu Sail (daerah Pekanbaru).
- See more at: http://azam-riau.blogspot.com/2013/10/putri-kaca-mayang.html#sthash.D9kcfa5E.dpuf
Alkisah
ada sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini dipimpin oleh
rajanya yang bernama raja Gasib. Raja Gasib mempunyai seorang putri
yang cantik jelita bernama Putri Kaca Mayang serta seorang panglima yang
tangguh bernama Panglima Gimpam.
Kecantikan putri tersohor sampai ke berbagai negri, tetapi tak ada satu
pun yang berani melamar sang putri, karena Raja Gasib sangat disegani
di kalangan raja-raja. Kecantikan putri Kaca Mayang, terdengar sampai ke
telinga Raja Aceh. Raja Aceh pun berniat meminang sang putri. Maka,
dipanggillah dua orang panglimanya untuk menyampaikan niatnya ke pada
sang putri.
“Wahai panglimaku,” kata Raja Aceh, “Pergilah kalian ke kerajaan Gasib,
sampaikan niatku yang ingin mempersunting putri Kaca Mayang.”
“Baik, Banginda Raja, titah Baginda hamba laksanakan.”
Maka, berangkatlah dua utusan ini ke kerajaan Gasib. Akhirnya, sampailah mereka di kerajaan langsung menghadap Raja Gasib.
“Maaf baginda Raja Gasib yang bijaksana. Hamba utusan dari Kerajaan
Aceh, ingin menyampaikan niat raja kami yang ingin mempersunting putri
tuanku Baginda, Putri Kaca Mayang.”
“Wahai Panglima Raja Aceh, sampaikan kepada Raja kalian, bahwa saya
tidak bisa menerima pinangan Raja kalian. Putri Kaca Mayang belum
bersedia untuk dipersunting siapa pun. Sampaikan maaf saya kepada raja
kalian,” sahut Raja Gasib dengan wibawanya.
Berangkatlah pulang dua utusan ini dan menyampaikan semua yang
disampaikan Raja Gasib. Raja Aceh sangat marah dan merasa terhina atas
penolakan lamaran ini. Maka, Raja Aceh yang memiliki sifat yang sombong
berniat akan menculik sang putri dan memporakporandakan Kerajaan Gasib.
Pasukan pun dipersiapkan untuk menyerang kerajaan Gasib.
Raja Gasib yang mengetahui kelicikan dan perangai Raja Aceh juga
mempersiapkan pasukannya. Raja Gasib tahu akan ada penyerangan atas
penolakan lamaran itu, dipanggillah panglima kebanggaannya.
”Wahai, Panglimaku Gimpam! Untuk menjaga kemungkinan serangan dari
kerajaan Aceh, kamu saya utuskan menjaga di Kuala Gasib daerah Sungai
Siak.“
“Hamba laksanakan titah Baginda Raja,” kata Panglima Gimpam.
Lalu berangkatlah Panglima Gimpan ke daerah Sungai Siak.
Rupanya, mata-mata raja Aceh ada di kerajaan Gasib. Raja Aceh
mengetahui bahwa di kerajaan tidak dijaga panglima yang terkenal sakti
itu. Raja Aceh pun mengatur strategi jahatnya.
Karena tidak mengetahui jalan kekerajaan Gasib, raja Aceh menemui
seorang warga kerajaan di jalan. Bertanyalah Raja Aceh,”Hai, Anak muda,
tahukah kamu jalan menuju kerajaan Gasib?”
Karena melihat pasukan yang ramai berarti ingin menyerang kerajaan
Gasib, pemuda inipun menjawab dengan berbohong, “Ampun Tuanku, hamba
tidak mengetahui jalan menuju kerajaan Gasib. Hamba penduduk baru negeri
ini.”
Raja Aceh tahu kalau pemuda itu berbohong, dipanggillah pengawalnya
untuk menghajar pemuda itu. Karena tak tahan, pemuda itu pun kemudian
menunjukkan jalan menuju kerajaan Gasib.
Raja Aceh kemudian melanjutkan perjalanan menuju perkampungan sekitar
kerajaan. Pasukannya membunuh setiap warga yang ia temui di jalan yang
dilaluinya. Sungguh, perbuatannya teramat kejam. Akhirnya, sampailan
mereka di istana. Raja Aceh pun berhasil menculik Putri Kaca Mayang.
Melihat hal ini, Raja Gasib tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua
di luar dugaannya.
Berita ini pun kemudian sampai di telinga Panglima Gimpam. Bukan main
marah dan murkanya panglima Gimpam. Panglima pun segera menuju kerajaan.
Betapa sedih dan dendamnya panglima Gimpam, negerinya dirusak oleh
pasukan Raja Aceh. Panglima Gimpam pun bersumpah akan membalas dendam
dan akan membawa sang putri kembali ke istana.
Berangkatlah panglima Gimpam. Kedatangannya disambut dengan Raja Aceh
rupanya dengan pengawalan dua ekor gajah yang sangat besar. Raja Aceh
tidak mengetahui kehebatan panglima Gimpam yang bisa menundukkan hewan,
hingga panglima berhasil masuk ke kerajaan Aceh,
“Wahai raja Aceh kembalikan sang Putri kepada kami atau kerajaan ini akan porak-poranda!”
“Baiklah akan saya kembalikan Putri Kaca Mayang!”kata Raja Aceh. “Kau
memang hebat panglima Gimpam setelah kulihat denganmata kepalaku
sendiri.”
Raja Aceh yang mengakui juga kehebatan panglima Gimpam, akhirnya
menyerahkan sang putri kepada panglima Gimpam yang dalam keadaan sakit
akibat penculikan itu. Pulanglah panglima Gimpam bersama sang putri dan
pasukannya.
Dalam perjalanan, rupanya angin laut sangat kencang membuat Putri Kaca
Mayang tidak bisa bernafas. Dari waktu ke waktu, sakitnya semakin parah.
Putri pun berucap kepada panglima Gimpam sesampai mereka di sungai
Kantan.
Dengan suara lemahnya putri berkata, “Panglima aku sudah tidak kuat lagi
menahan sakit ini sampai menuju istana. Sampaikan maafku pada ayahanda
Gasib dan semua keluarga istana,” ucap sang putri dengan suara yang
semakin parau. Belum sempat panglima Gimpam berucap sang putri
memejamkan matanya. Putri Kaca Mayang menghembuskan nafas terakhirnya di
perairan Sungai Kuantan.
Betapa sedinya panglima Gimpam dan merasa bersalah tidak berhasil
membawa Putri Kaca Mayang dalam keadaan hidup. Raja Gasib dan keluarga
istana serta seluruh penduduk negri merasa berduka atas meninggalnya
sang putri raja. Sang Putri Kaca Mayang akhirnya dimakamkan di dekat
kerajaan Gasib.
Sejak kehilangan putri tercintanya raja Gasib merasakan kesedihan yang
dalam. Akhirnya raja Gasib memutuskan meninggalkan kerajaan, menyepi di
gunung Ledeng, Malaka.
“Wahai panglimaku, aku memutuskan akan meninggalkan kerajaan ini untuk
mengapus bayang-bayang terhadap putriku tercinta. Maka aku akan menyepi
ke Gunung Ledeng. Jagalah kerajaan ini dengan bai!” begitu titah
terakhir sang Raja kepada Panglima Gimpam.
Panglima Gimpam sangat bersedih karena Raja Gasib akan meninggalkan
kerajaan. ”Baginda raja, kalau itu keputusan Baginda. Hamba akan
laksanakan amanah yang Baginda berikan dan akan hamba jaga dengan baik
kerajaan ini,” kata Gimpam.
Sementara kerajaan dititipkan kepada panglima kepercayaannya, pergilah
raja Gasib menuju penyepiannya. Sekian lama ditinggalkan raja Gasib yang
tak kunjung kembali dan kerajaan juga aman maka Panglima Gimpam pun
mengambil keputusan akan meninggalkan kerajaan juga. Walaupun kerajaan
itu sudah dititpkan padanya, tetapi Panglima tidak mau mengambil
kesempatan menguasai kerajaan. Panglima Gimpam tidak mau bahagia di atas
penderitaan orang lain.
Panglima Gimpam membuka lahan baru, di sebuah perkampungan baru, yang dinamainya Pekanbaru.
Hingga kini nama itu digunakan sebagai salah satu ibukota di Propinsi
Riau yaitu kota Pekanbaru. Sampai akhirnya Panglima Gimpam juga wafat
dan makamnya tidak jauh dari Pekanbaru sekitas 20 meter yang berada di
Hulu Sail (daerah Pekanbaru).
- See more at: http://azam-riau.blogspot.com/2013/10/putri-kaca-mayang.html#sthash.D9kcfa5E.dpuf
Alkisah
ada sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini dipimpin oleh
rajanya yang bernama raja Gasib. Raja Gasib mempunyai seorang putri
yang cantik jelita bernama Putri Kaca Mayang serta seorang panglima yang
tangguh bernama Panglima Gimpam.
Kecantikan putri tersohor sampai ke berbagai negri, tetapi tak ada satu
pun yang berani melamar sang putri, karena Raja Gasib sangat disegani
di kalangan raja-raja. Kecantikan putri Kaca Mayang, terdengar sampai ke
telinga Raja Aceh. Raja Aceh pun berniat meminang sang putri. Maka,
dipanggillah dua orang panglimanya untuk menyampaikan niatnya ke pada
sang putri.
“Wahai panglimaku,” kata Raja Aceh, “Pergilah kalian ke kerajaan Gasib,
sampaikan niatku yang ingin mempersunting putri Kaca Mayang.”
“Baik, Banginda Raja, titah Baginda hamba laksanakan.”
Maka, berangkatlah dua utusan ini ke kerajaan Gasib. Akhirnya, sampailah mereka di kerajaan langsung menghadap Raja Gasib.
“Maaf baginda Raja Gasib yang bijaksana. Hamba utusan dari Kerajaan
Aceh, ingin menyampaikan niat raja kami yang ingin mempersunting putri
tuanku Baginda, Putri Kaca Mayang.”
“Wahai Panglima Raja Aceh, sampaikan kepada Raja kalian, bahwa saya
tidak bisa menerima pinangan Raja kalian. Putri Kaca Mayang belum
bersedia untuk dipersunting siapa pun. Sampaikan maaf saya kepada raja
kalian,” sahut Raja Gasib dengan wibawanya.
Berangkatlah pulang dua utusan ini dan menyampaikan semua yang
disampaikan Raja Gasib. Raja Aceh sangat marah dan merasa terhina atas
penolakan lamaran ini. Maka, Raja Aceh yang memiliki sifat yang sombong
berniat akan menculik sang putri dan memporakporandakan Kerajaan Gasib.
Pasukan pun dipersiapkan untuk menyerang kerajaan Gasib.
Raja Gasib yang mengetahui kelicikan dan perangai Raja Aceh juga
mempersiapkan pasukannya. Raja Gasib tahu akan ada penyerangan atas
penolakan lamaran itu, dipanggillah panglima kebanggaannya.
”Wahai, Panglimaku Gimpam! Untuk menjaga kemungkinan serangan dari
kerajaan Aceh, kamu saya utuskan menjaga di Kuala Gasib daerah Sungai
Siak.“
“Hamba laksanakan titah Baginda Raja,” kata Panglima Gimpam.
Lalu berangkatlah Panglima Gimpan ke daerah Sungai Siak.
Rupanya, mata-mata raja Aceh ada di kerajaan Gasib. Raja Aceh
mengetahui bahwa di kerajaan tidak dijaga panglima yang terkenal sakti
itu. Raja Aceh pun mengatur strategi jahatnya.
Karena tidak mengetahui jalan kekerajaan Gasib, raja Aceh menemui
seorang warga kerajaan di jalan. Bertanyalah Raja Aceh,”Hai, Anak muda,
tahukah kamu jalan menuju kerajaan Gasib?”
Karena melihat pasukan yang ramai berarti ingin menyerang kerajaan
Gasib, pemuda inipun menjawab dengan berbohong, “Ampun Tuanku, hamba
tidak mengetahui jalan menuju kerajaan Gasib. Hamba penduduk baru negeri
ini.”
Raja Aceh tahu kalau pemuda itu berbohong, dipanggillah pengawalnya
untuk menghajar pemuda itu. Karena tak tahan, pemuda itu pun kemudian
menunjukkan jalan menuju kerajaan Gasib.
Raja Aceh kemudian melanjutkan perjalanan menuju perkampungan sekitar
kerajaan. Pasukannya membunuh setiap warga yang ia temui di jalan yang
dilaluinya. Sungguh, perbuatannya teramat kejam. Akhirnya, sampailan
mereka di istana. Raja Aceh pun berhasil menculik Putri Kaca Mayang.
Melihat hal ini, Raja Gasib tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua
di luar dugaannya.
Berita ini pun kemudian sampai di telinga Panglima Gimpam. Bukan main
marah dan murkanya panglima Gimpam. Panglima pun segera menuju kerajaan.
Betapa sedih dan dendamnya panglima Gimpam, negerinya dirusak oleh
pasukan Raja Aceh. Panglima Gimpam pun bersumpah akan membalas dendam
dan akan membawa sang putri kembali ke istana.
Berangkatlah panglima Gimpam. Kedatangannya disambut dengan Raja Aceh
rupanya dengan pengawalan dua ekor gajah yang sangat besar. Raja Aceh
tidak mengetahui kehebatan panglima Gimpam yang bisa menundukkan hewan,
hingga panglima berhasil masuk ke kerajaan Aceh,
“Wahai raja Aceh kembalikan sang Putri kepada kami atau kerajaan ini akan porak-poranda!”
“Baiklah akan saya kembalikan Putri Kaca Mayang!”kata Raja Aceh. “Kau
memang hebat panglima Gimpam setelah kulihat denganmata kepalaku
sendiri.”
Raja Aceh yang mengakui juga kehebatan panglima Gimpam, akhirnya
menyerahkan sang putri kepada panglima Gimpam yang dalam keadaan sakit
akibat penculikan itu. Pulanglah panglima Gimpam bersama sang putri dan
pasukannya.
Dalam perjalanan, rupanya angin laut sangat kencang membuat Putri Kaca
Mayang tidak bisa bernafas. Dari waktu ke waktu, sakitnya semakin parah.
Putri pun berucap kepada panglima Gimpam sesampai mereka di sungai
Kantan.
Dengan suara lemahnya putri berkata, “Panglima aku sudah tidak kuat lagi
menahan sakit ini sampai menuju istana. Sampaikan maafku pada ayahanda
Gasib dan semua keluarga istana,” ucap sang putri dengan suara yang
semakin parau. Belum sempat panglima Gimpam berucap sang putri
memejamkan matanya. Putri Kaca Mayang menghembuskan nafas terakhirnya di
perairan Sungai Kuantan.
Betapa sedinya panglima Gimpam dan merasa bersalah tidak berhasil
membawa Putri Kaca Mayang dalam keadaan hidup. Raja Gasib dan keluarga
istana serta seluruh penduduk negri merasa berduka atas meninggalnya
sang putri raja. Sang Putri Kaca Mayang akhirnya dimakamkan di dekat
kerajaan Gasib.
Sejak kehilangan putri tercintanya raja Gasib merasakan kesedihan yang
dalam. Akhirnya raja Gasib memutuskan meninggalkan kerajaan, menyepi di
gunung Ledeng, Malaka.
“Wahai panglimaku, aku memutuskan akan meninggalkan kerajaan ini untuk
mengapus bayang-bayang terhadap putriku tercinta. Maka aku akan menyepi
ke Gunung Ledeng. Jagalah kerajaan ini dengan bai!” begitu titah
terakhir sang Raja kepada Panglima Gimpam.
Panglima Gimpam sangat bersedih karena Raja Gasib akan meninggalkan
kerajaan. ”Baginda raja, kalau itu keputusan Baginda. Hamba akan
laksanakan amanah yang Baginda berikan dan akan hamba jaga dengan baik
kerajaan ini,” kata Gimpam.
Sementara kerajaan dititipkan kepada panglima kepercayaannya, pergilah
raja Gasib menuju penyepiannya. Sekian lama ditinggalkan raja Gasib yang
tak kunjung kembali dan kerajaan juga aman maka Panglima Gimpam pun
mengambil keputusan akan meninggalkan kerajaan juga. Walaupun kerajaan
itu sudah dititpkan padanya, tetapi Panglima tidak mau mengambil
kesempatan menguasai kerajaan. Panglima Gimpam tidak mau bahagia di atas
penderitaan orang lain.
Panglima Gimpam membuka lahan baru, di sebuah perkampungan baru, yang dinamainya Pekanbaru.
Hingga kini nama itu digunakan sebagai salah satu ibukota di Propinsi
Riau yaitu kota Pekanbaru. Sampai akhirnya Panglima Gimpam juga wafat
dan makamnya tidak jauh dari Pekanbaru sekitas 20 meter yang berada di
Hulu Sail (daerah Pekanbaru).
- See more at: http://azam-riau.blogspot.com/2013/10/putri-kaca-mayang.html#sthash.D9kcfa5E.dpuf
Alkisah
ada sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini dipimpin oleh
rajanya yang bernama raja Gasib. Raja Gasib mempunyai seorang putri
yang cantik jelita bernama Putri Kaca Mayang serta seorang panglima yang
tangguh bernama Panglima Gimpam.
Kecantikan putri tersohor sampai ke berbagai negri, tetapi tak ada satu
pun yang berani melamar sang putri, karena Raja Gasib sangat disegani
di kalangan raja-raja. Kecantikan putri Kaca Mayang, terdengar sampai ke
telinga Raja Aceh. Raja Aceh pun berniat meminang sang putri. Maka,
dipanggillah dua orang panglimanya untuk menyampaikan niatnya ke pada
sang putri.
“Wahai panglimaku,” kata Raja Aceh, “Pergilah kalian ke kerajaan Gasib,
sampaikan niatku yang ingin mempersunting putri Kaca Mayang.”
“Baik, Banginda Raja, titah Baginda hamba laksanakan.”
Maka, berangkatlah dua utusan ini ke kerajaan Gasib. Akhirnya, sampailah mereka di kerajaan langsung menghadap Raja Gasib.
“Maaf baginda Raja Gasib yang bijaksana. Hamba utusan dari Kerajaan
Aceh, ingin menyampaikan niat raja kami yang ingin mempersunting putri
tuanku Baginda, Putri Kaca Mayang.”
“Wahai Panglima Raja Aceh, sampaikan kepada Raja kalian, bahwa saya
tidak bisa menerima pinangan Raja kalian. Putri Kaca Mayang belum
bersedia untuk dipersunting siapa pun. Sampaikan maaf saya kepada raja
kalian,” sahut Raja Gasib dengan wibawanya.
Berangkatlah pulang dua utusan ini dan menyampaikan semua yang
disampaikan Raja Gasib. Raja Aceh sangat marah dan merasa terhina atas
penolakan lamaran ini. Maka, Raja Aceh yang memiliki sifat yang sombong
berniat akan menculik sang putri dan memporakporandakan Kerajaan Gasib.
Pasukan pun dipersiapkan untuk menyerang kerajaan Gasib.
Raja Gasib yang mengetahui kelicikan dan perangai Raja Aceh juga
mempersiapkan pasukannya. Raja Gasib tahu akan ada penyerangan atas
penolakan lamaran itu, dipanggillah panglima kebanggaannya.
”Wahai, Panglimaku Gimpam! Untuk menjaga kemungkinan serangan dari
kerajaan Aceh, kamu saya utuskan menjaga di Kuala Gasib daerah Sungai
Siak.“
“Hamba laksanakan titah Baginda Raja,” kata Panglima Gimpam.
Lalu berangkatlah Panglima Gimpan ke daerah Sungai Siak.
Rupanya, mata-mata raja Aceh ada di kerajaan Gasib. Raja Aceh
mengetahui bahwa di kerajaan tidak dijaga panglima yang terkenal sakti
itu. Raja Aceh pun mengatur strategi jahatnya.
Karena tidak mengetahui jalan kekerajaan Gasib, raja Aceh menemui
seorang warga kerajaan di jalan. Bertanyalah Raja Aceh,”Hai, Anak muda,
tahukah kamu jalan menuju kerajaan Gasib?”
Karena melihat pasukan yang ramai berarti ingin menyerang kerajaan
Gasib, pemuda inipun menjawab dengan berbohong, “Ampun Tuanku, hamba
tidak mengetahui jalan menuju kerajaan Gasib. Hamba penduduk baru negeri
ini.”
Raja Aceh tahu kalau pemuda itu berbohong, dipanggillah pengawalnya
untuk menghajar pemuda itu. Karena tak tahan, pemuda itu pun kemudian
menunjukkan jalan menuju kerajaan Gasib.
Raja Aceh kemudian melanjutkan perjalanan menuju perkampungan sekitar
kerajaan. Pasukannya membunuh setiap warga yang ia temui di jalan yang
dilaluinya. Sungguh, perbuatannya teramat kejam. Akhirnya, sampailan
mereka di istana. Raja Aceh pun berhasil menculik Putri Kaca Mayang.
Melihat hal ini, Raja Gasib tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua
di luar dugaannya.
Berita ini pun kemudian sampai di telinga Panglima Gimpam. Bukan main
marah dan murkanya panglima Gimpam. Panglima pun segera menuju kerajaan.
Betapa sedih dan dendamnya panglima Gimpam, negerinya dirusak oleh
pasukan Raja Aceh. Panglima Gimpam pun bersumpah akan membalas dendam
dan akan membawa sang putri kembali ke istana.
Berangkatlah panglima Gimpam. Kedatangannya disambut dengan Raja Aceh
rupanya dengan pengawalan dua ekor gajah yang sangat besar. Raja Aceh
tidak mengetahui kehebatan panglima Gimpam yang bisa menundukkan hewan,
hingga panglima berhasil masuk ke kerajaan Aceh,
“Wahai raja Aceh kembalikan sang Putri kepada kami atau kerajaan ini akan porak-poranda!”
“Baiklah akan saya kembalikan Putri Kaca Mayang!”kata Raja Aceh. “Kau
memang hebat panglima Gimpam setelah kulihat denganmata kepalaku
sendiri.”
Raja Aceh yang mengakui juga kehebatan panglima Gimpam, akhirnya
menyerahkan sang putri kepada panglima Gimpam yang dalam keadaan sakit
akibat penculikan itu. Pulanglah panglima Gimpam bersama sang putri dan
pasukannya.
Dalam perjalanan, rupanya angin laut sangat kencang membuat Putri Kaca
Mayang tidak bisa bernafas. Dari waktu ke waktu, sakitnya semakin parah.
Putri pun berucap kepada panglima Gimpam sesampai mereka di sungai
Kantan.
Dengan suara lemahnya putri berkata, “Panglima aku sudah tidak kuat lagi
menahan sakit ini sampai menuju istana. Sampaikan maafku pada ayahanda
Gasib dan semua keluarga istana,” ucap sang putri dengan suara yang
semakin parau. Belum sempat panglima Gimpam berucap sang putri
memejamkan matanya. Putri Kaca Mayang menghembuskan nafas terakhirnya di
perairan Sungai Kuantan.
Betapa sedinya panglima Gimpam dan merasa bersalah tidak berhasil
membawa Putri Kaca Mayang dalam keadaan hidup. Raja Gasib dan keluarga
istana serta seluruh penduduk negri merasa berduka atas meninggalnya
sang putri raja. Sang Putri Kaca Mayang akhirnya dimakamkan di dekat
kerajaan Gasib.
Sejak kehilangan putri tercintanya raja Gasib merasakan kesedihan yang
dalam. Akhirnya raja Gasib memutuskan meninggalkan kerajaan, menyepi di
gunung Ledeng, Malaka.
“Wahai panglimaku, aku memutuskan akan meninggalkan kerajaan ini untuk
mengapus bayang-bayang terhadap putriku tercinta. Maka aku akan menyepi
ke Gunung Ledeng. Jagalah kerajaan ini dengan bai!” begitu titah
terakhir sang Raja kepada Panglima Gimpam.
Panglima Gimpam sangat bersedih karena Raja Gasib akan meninggalkan
kerajaan. ”Baginda raja, kalau itu keputusan Baginda. Hamba akan
laksanakan amanah yang Baginda berikan dan akan hamba jaga dengan baik
kerajaan ini,” kata Gimpam.
Sementara kerajaan dititipkan kepada panglima kepercayaannya, pergilah
raja Gasib menuju penyepiannya. Sekian lama ditinggalkan raja Gasib yang
tak kunjung kembali dan kerajaan juga aman maka Panglima Gimpam pun
mengambil keputusan akan meninggalkan kerajaan juga. Walaupun kerajaan
itu sudah dititpkan padanya, tetapi Panglima tidak mau mengambil
kesempatan menguasai kerajaan. Panglima Gimpam tidak mau bahagia di atas
penderitaan orang lain.
Panglima Gimpam membuka lahan baru, di sebuah perkampungan baru, yang dinamainya Pekanbaru.
Hingga kini nama itu digunakan sebagai salah satu ibukota di Propinsi
Riau yaitu kota Pekanbaru. Sampai akhirnya Panglima Gimpam juga wafat
dan makamnya tidak jauh dari Pekanbaru sekitas 20 meter yang berada di
Hulu Sail (daerah Pekanbaru).
- See more at: http://azam-riau.blogspot.com/2013/10/putri-kaca-mayang.html#sthash.D9kcfa5E.dpufMakam Putri Kaca Mayang
Udah
pernah dengar nama Putri Kaca Mayang kan?? Kalau belum mesti bukan
orang Riau namanya.. Ya Cerita Putri Kaca Mayang kita dengar di
pelajaran pada saat duduk dibangku SD. Khususnya di daerah Riau dan
sekitarnya. Di Pekanbaru, juga ada taman bermain bernama Kaca Mayang.
Mungkin sekarang sudah tidak beroperasional lagi. Kecuali dihari hari
besar tertentu. Nah bagi yang lupa ntar Saya coba ingatin lagi point
ceritanya Putri Kaca Mayang ini. Soalnya ada berbagai macam versi
cerita.
Tadi
tepat di hari Rabu tanggal 19 Februari 2014, Saya dan tiga orang teman
kantor, pergi ke makam Putri Kaca Mayang ini. Kebetulan dikantor belum
ada kerjaan, kebetulan juga pada malam sebelumnya sempat cerita cerita
warung kopi mengenai masalah ini. Ya udah, sehabis jam makan siang kita
kabur. Hehe.... Lokasi makam ini terletak di Kecamatan Koto Gasib
Kabupaten Siak Sri Indrapura Riau. Dari jalan raya Koto Gasib - Siak
dapat kita jumpai plang petunjuk arah. Dari situ masih 10 km lagi menuju
lokasi. Lokasi nya berada dalam perkebunan sawit milik PT. Kimia Tirta
Utama. Untuk sampai kesana harus melewati pos penjagaan milik
perkebunan. Akses jalan menuju kesana lumayan rumit. Tidak ada plang
petunjuk arah agar sampai dilokasi makam. Jalanan tanah base kerikil
berdebu cukup membuat mobil sulit dikendalikan. Dari ujung jalan besar
sampai lokasi makam butuh waktu sekitar 30 menit pake nyasar dan tanya
tanya. Asli membingungkan. Kiri kanan hanya pohon kelapa sawit yang kita
jumpai. Tidak jauh dari PKS (Pabrik Kelapa Sawit) barulah kita bisa
sampai di makam Putri Kaca Mayang.
Nah,
begitulah tampak makam Putri Kaca Mayang ini. Saya akan coba sedikit
ceritakan kisah Putri Kaca Mayang. Putri Kaca Mayang ialah seorang putri
dari Kerajaan yang bernama Kerajaan Gasib. Kecantikan Putri Kaca Mayang
terkenal sampai keseluruh polosok negeri konon kabarnya. Pada saat itu,
terdengarlah berita tersebut sehingga Raja dari Kerajaan Aceh ingin
meminangnya. Namun pinangan itu tidak diterima oleh Raja Gasib.
Dikarenakan pinangan tersebut ditolak, hal ini membuat Raja Aceh marah
besar. Mereka diam diam menyerbu dan menghancurkan Kerajaan Gasib serta
membawa kabur sang Putri. Panglima Kerajaan Gasib terkejut mendengar hal
ini. Karena pada saat Kerajaan Gasib diserang, Panglima tidak berada
ditempat. Panglima marah dan berjanji pada Raja untuk menjemput sang
Putri. Pada akhirnya Panglima Gimbam yang sakti beserta pengawalnya
berangkatlah menuju Kerajaan Aceh. Sesampainya di Kerajaan Aceh mereka
akhirnya berhasil mendapatkan kembali sang Putri. Raja Aceh mengakui
kalau Panglima Gimbam adalah orang yang sakti mantra guna. Diperjalanan
pulang, sang Putri dalam keadaan sakit. Belum sampai di Gasib. Putri
Kaca Mayang pun meninggal dunia. Dengan meninggalnya beliau, Raja Gasib
pun sedih dan telah menyiapkan makam untuknya. Kesedihan Raja semakin
hari semakin mendalam. Untuk menghilangkan bayangan tentang putri yang
dicintainya, ia pun pergi menyepi dan meninggalkan kerajaan ke Gunung
Ledang Malaka. Untuk sementara waktu pemerintahan kerajaan dijalankan
oleh panglima. Namun tak berapa lama, panglima pun berniat meninggalkan
kerajaan karena beliau merasa tidak pantas untuk memimpin Kerajaan
Gasib. Panglima Gimbam akhirnya pergi dan membuka perkampungan baru yang
dinamakan dengan Pekanbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar